Dahulu kala, sebelum pergantian wali kota, jalan di daerah MT. Haryono merupakan jalan 2 arah, tapi semua berubah setelah negara api menyerang. Haha, lebih tepatnya semua berubah setelah wali kota baru memerintah kota Malang. Semua menjadi lebih berat. Tau sendiri kan kalau Tata Warma itu lokasinya di daerah MT. Haryono. Semenjak negara api menyerang, jalan di daerah MT. Haryono berubah menjadi jalan satu arah dan kau tau?? Aku jadi lebih susah untuk pergi magang. Kalau dahulu mudah. Aku tunjukin deh rute-rute sebelum dan sesudah perubahan.
1. Rute pertama – Jalan 2 Arah.
Rumah ku didaerah blimbing, jadi dari rumah ku, aku harus
lurus menuju stasiun blimbing. Dari stasiun blimbing lurus terus sampai
ketemu pertigaan. Dari pertigaan belok kiri, kalau ketemu pertigaan lagi belok
kanan. Setelah belok kanan, udah lurus aja ngikutin jalan besar sampai ketemu bundaran tugu pesawat. Dari situ belok
kiri, lurus terus sampai jembatan rangka
baja suhat. Setelah jembatan ada pertigaan, belok kiri, kemudian lurus
terus sampai ketemu DITAS Kav. DITAS Kav ini berada di kanan jalan
kalau dari arah suhat. Yahh, sampai
dehh di Tata Warna.
2. Rute kedua – Jalan 1 Arah – Jalan pintas 1.
2. Rute kedua – Jalan 1 Arah – Jalan pintas 1.
Rute dari rumah sampai bundaran tugu pesawat sama seperti rute
pertama yaitu di bundaran tugu pesawat
belok kiri, lurus terus sampai putaran di dekat alfa express atau lebih tepatnya di depan 5.6 cafe. Disitu kita putar balik, lurus terus kemudian belok kiri di
jalan sebelah Pizza Hut. Setelah itu
lurus terus ngikutin jalan. Ada pertigaan jalan turun, belok kiri, lurus terus
aja. Kalau ketemu pertigaan belok kanan. Sebenernya sih banyak yang belok kiri
walaupun ada tanda dilarang belok kiri. Kita pakai jalur kanan aja biar gak
melanggar peraturan, setelah belok kanan, kalau ketemu pertigaan lagi, belok
kiri. Setelah belok kiri lurus terus sampai ketemu jalan besar, kemudian belok
kiri, lurus terus sampai ketemu DITAS
Kav. Sampai deh di Tata Warna.
Kelemahan jalan ini adalah ada jalan turun dan naik dan juga macet serta
jaraknya lebih jauh dari Tata Warna,
semua ini terjadi setelah negara api menyerang. Bayangin aja, sudah harus berputar, melewati jalan naik
dan turun, macet, jaraknya jadi lebih jauh lagi, mengenaskan.
3. Rute ketiga – Jalan 1 Arah – Jalan pintas 2.
3. Rute ketiga – Jalan 1 Arah – Jalan pintas 2.
Rute ini sebenarnya aku temukan
bersama bebeb ku secara gak sengaja, wkwkwk. Rutenya sama seperti jalur pertama
dan kedua, yaitu dari rumah ku sampai bundaran
tugu pesawat kemudian belok kiri. Setelah belok kiri ini lurus terus sampai
putaran didepan poltek. Sampai
disitu, kita berputar balik. Setelah berputar balik, lurus sedikit sampai ada
gapura biru dekat orang jual buah kemudian belok kiri. Setelah belok kiri,
lurus aja ngikutin jalan atau lebih tepatnya kampung orang. Sampai ujung, belok
kanan, lurus terus, sampai melewati 3 polisi tidur- rajin banget kan ya ngitung
jumlah polisi tidurnya, itupun kalau gak salah, haha. Pokoknya sih ssetelah
belok kanan itu lurus aja, terus kalau ada pertigaan dan ada tulisan Jl. Kembang Turi, belok kiri lurus
terus ngikutin jalan. Kalau ketemu pertigaan, tetep aja lurus ngikutin jalan,
ntar disitu ada jalan turun curam, lurus aja, kalau ketemu pertigaan jangan
belok kiri, pokoknya ikutin jalan sampai ketemu jembatan, lurus aja, Setelah
itu kalian akan menghadapi jalan naik yang agak curam yang ada pertigaannya.
Kalau ketemu pertigaan di jalan naik itu, belok kiri aja, terus lurus sampai
ketemu jalan besar. Jalan ini tembusnya di gapura di seberang Tiga Putra jadi tidak terlalu jauh
untuk menuju Tata Warna. Seteleh
bertemu dengan jalan besar, belok kiri aja, karena emang gak boleh belok kanan.
Di jalan besar, lurus aja sampai ketemu DITAS
Kav, sampai dehh di Tata Warna. Kelemahan jalan ini adalah jalannya curam
baik itu tanjakan atau turunan, untuk orang yang tidak memiliki keseimbangan
yang baik dalam mengendarai motor, sebaiknya jangan lewat sini. Sedangkan
kelebihannya yaitu sepi, yahh mungkin orang berpikir ratusan kali untuk
melewati jalan ini.
0 komentar:
Posting Komentar